Sepulangnya
dari Jambore Nasional sebagai Bina Damping di Bumi Perkemahan Jatinangor,
Sumedang, Jabar pada akhir Juli 2006, aku diutus kepala sekolah untuk mewakili
Desa Miau Baru mengikuti Tes Calon Kepala Sekolah di Sangatta, ibukota
Kabupaten Kutai Timur. Pertimbangan beliau: saya sudah S1, kepangkatan cukup,
dan saat itu dari dua SDN di kampong ini tidak ada yang mau mengikuti tes
tersebut. Dengan landasan loyalitas yang tinggi kepada pimpinan, akhirnya aku
bersedia, padahal masih banyak yang lebih senior daripadaku.
Dalam fit and proper test tersebut yang meliputi seleksi berkas, tes
tertulis, pembuatan makalah original
dan interview, aku mendapatkan nilai
yang sangat memuaskan. Paginya dilantik oleh Bapak Bupati Kutai Timur, Bapak
Awang Faroek Iskhak, sebagai Kepala Sekolah SDN Nomor 004 Sangatta Selatan, dan
malamnya kami diundang dalam acara ramah-tamah sekaligus makan malam di rumah
dinas bupati.
Pada malam itulah aku sebut sebagai
‘Proklamasi Kemerdekaan’ karena secara mendadak aku ditunjuk oleh Dinas
Pendidikan untuk menyampaikan sambutan mewakili rekan-rekan kepala sekolah
se-kabupaten. Antara bangga dan haru, seorang guru yunior dari pedalaman-daerah
terpencil/terujung, dengan lancar berpidato di depan para pejabat dan undangan VVIP.
Layar sudah terkembang, biduk yang
bernama sekolah yang diamanatkan untuk dipimpin ini tidak boleh oleng oleh
gelombang. Sebagai guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah, aku
berusah nge-charge pengetahuan
tentang management dan kepemimpinan
dari berbagai sumber informasi serta para senior di kota ini.
Realita menunjukkan bahwa Jabatan Kepala Sekolah
memang memberikan efek berbeda dan cukup signifikan pada profil penyandangnya.
Bila sebelumnya ia kurang dikenal, mendadak menjadi terkenal; Memiliki banyak
relasi terutama di bidang pendidikan; Memiliki kekuasaan untuk mengatur dan
mengendalikan roda kehidupan di sekolah; Memiliki kewenangan dalam hal anggaran
sekolah; Mengangkat status sosial di mata masyarakat. Dan lain sebagainya yang
tentunya kesemuanya mengarah pada pemenuhan nilai tambah pada diri Kepala Sekolah.
Hal itulah yang dikatakan sebagian
orang sebagai sebuah anugerah, yaitu sebuah nilai kebaikan yang seolah-olah
datang dari langit dan patut disyukuri. Hingga tidak mengherankan bila banyak
guru yang berambisi mengejar jabatan tersebut.
Posisi strategis sebagai pengendali
sekolah, otomatis menuntut adanya sikap, pemikiran, dan perlakuan yang ekstra
dari Kepala Sekolah. Setiap saat akan sibuk dengan berbagai rencana-rencana
dalam mewujudkan visi dan misinya. Sibuk dengan berbagai masalah, baik masalah
di kalangan siswa, antar guru, dan juga dengan atasan yang kesemuanya menuntut
penyikapan yang bijaksana. Terkadang pula bekerja tanpa kenal waktu yang pada
akhirnya merampas hak-hak pribadinya untuk hidup secara normal. Kesalahan dalam
pengelolaan keuangan sekolah juga dapat menjadi bumerang yang sewaktu-waktu
menyeretnya ke dalam penjara.
Demikian sulit dan beratnya beban
yang harus ditanggung dan dijalankan oleh seorang Kepala Sekolah sehingga ada
yang mempersepsikan bahwa Jabatan Kepala Sekolah sama dengan sebuah bencana.
Tidak ada yang menarik dari sebuah istilah bernama ”bencana”. Yang ada justru
setumpuk kesedihan, kegelisahan, ketakutan, kesakitan, dan perasaan tidak
menyenangkan lainnya yang datang silih berganti.
Jabatan apapun itu akan selalu
diiringi dengan resiko. Para profesional sering mengatakan hal tersebut dengan
kalimat pendek ”Itulah resiko sebuah pekerjaan”. Artinya, bila Anda takut
dengan resiko, berarti Anda jangan pernah coba-coba mengambil jabatan/pekerjaan
tersebut.
Selama kurun waktu 4 (empat) tahun-satu
periode memikul jabatan rangkap, sebagai guru kelas sekaligus kepala sekolah, aku mencurahkan segenap
jiwa dan raga mensukseskan program pembangunan pendidikan di sekolah. Bekerja
sama dengan berbagai pihak lintas sektoral dengan bersandarkan Petunjuk dan
Bimbingan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Pro dan kontra atas implementasi
teori-teori kepemimpinan, saya maknai sebagai hal yang wajar di alam demokrasi
ini. Secara fisik dan non-fisik, terlihat adanya perubahan mendasar di sekolah
ini. Aku berhasil mengantarkan
sekolah ini sebagai Sekolah Standar Nasional dengan akreditasi B+.
‘Kembali ke Pengaturan Awal’ menggapai
semangat baru.
TMT 16 Juni 2010, aku
ditugaskan/dihijrahkan sebagai guru kelas SDN 004 Sangatta Utara, sebuah
sekolah unggulan di tengah kota. Aku berusaha positive thinking di tengah pergolakan
psikologis mengawali lembaran baru di situasi dan kondisi yang sulit ini.
Karena waktu luang cukup banyak, setelah melaksanakan tugas pokok sebagai guru,
aku akhirnya
berkesempatan menyelesaikan tesis S2, sambil terus berkonsultasi dengan dosen
pembimbing di pascasarjana Unmul.
Di sinilah aku medapatkan banyak
pencerahan, sehingga berhasil menata hati dan perasaan ini dengan kalimat: “Aku
jauh-jauh hijrah dari seberang lautan ini bertujuan sebagai abdi Negara dan
abdi masyarakat di bidang kependidikan. Alhamdulillaahi
robbil’aalaamiin”. Di sekolah baru ini, saya berhasil menyesuaikan diri
dengan cara melakukan penelitian kecil-kecilan dengan instrument Analisis SWOT. Aku pelajari karakter kepribadian
dan kepemimpinan kepala sekolah dan dewan guru beserta stafnya. Dengan bekal
pengetahuan sederhana ini, akhirnya aku enjoy dalam
melaksanakan tugas sebagai guru professional dengan lisensi SERTIFIKAT PENDIDIK.
Semangat yang sudah terbarukan ini terus
saya tingkatkan agar kegiatan belajar mengajar di kelas tambah bermutu dengan
cara browsing di internet dan aktif
di berbagai forum kependidikan/keguruan. Kegairahan belajar via media social
online ini berimbas kepada keaktifan dan kreatifitas sebagai guru yang selalu
dinantikan kehadirannya oleh anak-anak muda bangsa di kelas yang diamanatkan
kepada saya. Semangat baru dalam proses mentransfer IPTEK yang tercantum dalam
silabus dan RPP yang telah disusun kepada peserta didik ini memang harus terus
digelorakan. Karena semangat itu seperti ombak di lautan, kadang datar kadang
menggelegak. Jadi, aktifitas kerohanian ini perlu dimengerti dan dipahami oleh
guru sehingga tidak menemui hambatan dalam pembelajarannya.
Selama ini, aku berusaha agar performance saat di kelas tidak
membosankan peserta didik, yaitu dengan PAKEM. Apalagi di tahun pelajaran ini
mengajar kelas IV yang masuk siang. Kreatifitas menjadi kebutuhan primerku saat
ini, agar siswa tidak ngantuk.
A.
Berhasil menyelesaikan pendidikan jenjang
S2 Kependidikan di Universitas Mulawarman Samarinda dengan nilai sangat
memuaskan pada tahun 2011. Dengan gelar Magister Pendidikan ini, aku lebih
memantabkan langkah pengabdian terbaik sebagai guru yang professional, dapat
diteladani anak didik dan teman sejawat.
B. Berhasil memperoleh Sertifikat
Pendidik dalam program sertifikasi guru
yang diselenggarakan Disdik Kutai Timur pada tahun 2008. Dan pada Uji Kompetensi Guru Online 2012,
hasilnya baik. Juga berhasil membimbing 50 orang guru dan kepala sekolah SD
dari pedalaman dan pesisir tentang computer dan internet, menjelang UKG Online
tersebut (pas puasa ramadhan) secara gratis.
C. Berhasil membimbing siswa kelas 4 dan 5 di SDN
004 Sangatta Utara tentang perkalian 1 s.d. 9 melalui metode MATRIK PERKALIAN
pada tahun 2011-2013. Tekniknya sebagai berikut: perkuat
dulu konsep perkalian, bahwa perkalian adalah penjumlahan berulang. Contoh:
3x3=3+3+3. Inilah formula baru mengatasi kepusingan guru/orang tua terhadap
siswa/anak yang sulit menghafal perkalian, karena di samping harus benar dalam
mengerjakan soal Matematika, siswa dituntut untuk cepat-tepat, karena, setiap
ujian/test dibatasi waktu. Dengan dikuasainya basic ini, semua operasi hitung
dapat diselesaikan dengan baik dan cepat.
Melalui
pembiasaan, anak dengan mudah dan cepat menghafal perkalian ini. Setiap awal
pelajaran dan sebelum pulang, dilaksanakan hafalan perkalian ini secara
klasikal. Setelah itu, kuiz, yang dapat menjawab perkalian dapat pulang lebih
dulu. Motivasi seperti ini ternyata cukup efektif dalam merangsang kognitif
mereka. Yang dihafal hanya 45 item bukan 100 item perkalian.
BELAJAR MATEMATIKA MENUJU SUKSES
MATRIK PERKALIAN
1x1=1
2x1=2 2x2=4
3x1=3
3x2=6 3x3=9
4x1=4 4x2=8 4x3=12
4x4=16
5x1=5
5x2=10 5x3=15 5x4=20
5x5=25
6x1=6 6x2=12 6x3=18
6x4=24 6x5=30 6x6=36
7x1=7
7x2=14 7x3=21 7x4=28
7x5=35 7x6=42 7x7=49
8x1=8 8x2=16 8x3=24
8x4=32 8x5=40 8x6=48
8x7=56 8x8=64
9x1=9 9x2=18
9x3=27 9x4=36 9x5=45
9x6=54 9x7=63 9x8=72
9x9=81
D. Berhasil membuat media/alat bantu
pembelajaran pendidikan karakter dengan cara mengumpulkan aneka dongeng, cerita
rakyat, legenda, baik dari dalam maupun luar negeri, yang bersumber dari
internet/google. Ratusan kisah motivasi dan inspiratif ini telah saya print dan
jilid serta ada versi digital/CD/VCD/flashdisk.
Ternyata anak-anak sangat menyukai album
cerita ini, demikian juga teman-teman guru. Setiap kali ada teman guru dari
pedalaman yang milir ke Sangatta, aku bagikan cuma-cuma alias gratis CD/VCD
ini. Harapanku ke depan, tidak hanya aku yang pandai mendongeng tapi juga semua
guru di Kutai Timur tercinta ini.