Wednesday, 14 August 2013

Motivasi/Inspirasi 6: Jejak Indah Sang Guru

Sepulangnya dari Jambore Nasional sebagai Bina Damping di Bumi Perkemahan Jatinangor, Sumedang, Jabar pada akhir Juli 2006, aku diutus kepala sekolah untuk mewakili Desa Miau Baru mengikuti Tes Calon Kepala Sekolah di Sangatta, ibukota Kabupaten Kutai Timur. Pertimbangan beliau: saya sudah S1, kepangkatan cukup, dan saat itu dari dua SDN di kampong ini tidak ada yang mau mengikuti tes tersebut. Dengan landasan loyalitas yang tinggi kepada pimpinan, akhirnya aku bersedia, padahal masih banyak yang lebih senior daripadaku.

       Dalam fit and proper test tersebut yang meliputi seleksi berkas, tes tertulis, pembuatan makalah original dan interview, aku mendapatkan nilai yang sangat memuaskan. Paginya dilantik oleh Bapak Bupati Kutai Timur, Bapak Awang Faroek Iskhak, sebagai Kepala Sekolah SDN Nomor 004 Sangatta Selatan, dan malamnya kami diundang dalam acara ramah-tamah sekaligus makan malam di rumah dinas bupati.

       Pada malam itulah aku sebut sebagai ‘Proklamasi Kemerdekaan’ karena secara mendadak aku ditunjuk oleh Dinas Pendidikan untuk menyampaikan sambutan mewakili rekan-rekan kepala sekolah se-kabupaten. Antara bangga dan haru, seorang guru yunior dari pedalaman-daerah terpencil/terujung, dengan lancar berpidato di depan para pejabat dan undangan VVIP.

       Layar sudah terkembang, biduk yang bernama sekolah yang diamanatkan untuk dipimpin ini tidak boleh oleng oleh gelombang. Sebagai guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah, aku berusah nge-charge pengetahuan tentang management dan kepemimpinan dari berbagai sumber informasi serta para senior di kota ini.

       Realita menunjukkan bahwa Jabatan Kepala Sekolah memang memberikan efek berbeda dan cukup signifikan pada profil penyandangnya. Bila sebelumnya ia kurang dikenal, mendadak menjadi terkenal; Memiliki banyak relasi terutama di bidang pendidikan; Memiliki kekuasaan untuk mengatur dan mengendalikan roda kehidupan di sekolah; Memiliki kewenangan dalam hal anggaran sekolah; Mengangkat status sosial di mata masyarakat. Dan lain sebagainya yang tentunya kesemuanya mengarah pada pemenuhan nilai tambah pada diri Kepala Sekolah.

       Hal itulah yang dikatakan sebagian orang sebagai sebuah anugerah, yaitu sebuah nilai kebaikan yang seolah-olah datang dari langit dan patut disyukuri. Hingga tidak mengherankan bila banyak guru yang berambisi mengejar jabatan tersebut.

       Posisi strategis sebagai pengendali sekolah, otomatis menuntut adanya sikap, pemikiran, dan perlakuan yang ekstra dari Kepala Sekolah. Setiap saat akan sibuk dengan berbagai rencana-rencana dalam mewujudkan visi dan misinya. Sibuk dengan berbagai masalah, baik masalah di kalangan siswa, antar guru, dan juga dengan atasan yang kesemuanya menuntut penyikapan yang bijaksana. Terkadang pula bekerja tanpa kenal waktu yang pada akhirnya merampas hak-hak pribadinya untuk hidup secara normal. Kesalahan dalam pengelolaan keuangan sekolah juga dapat menjadi bumerang yang sewaktu-waktu menyeretnya ke dalam penjara.

       Demikian sulit dan beratnya beban yang harus ditanggung dan dijalankan oleh seorang Kepala Sekolah sehingga ada yang mempersepsikan bahwa Jabatan Kepala Sekolah sama dengan sebuah bencana. Tidak ada yang menarik dari sebuah istilah bernama ”bencana”. Yang ada justru setumpuk kesedihan, kegelisahan, ketakutan, kesakitan, dan perasaan tidak menyenangkan lainnya yang datang silih berganti.

       Jabatan apapun itu akan selalu diiringi dengan resiko. Para profesional sering mengatakan hal tersebut dengan kalimat pendek ”Itulah resiko sebuah pekerjaan”. Artinya, bila Anda takut dengan resiko, berarti Anda jangan pernah coba-coba mengambil jabatan/pekerjaan tersebut.

       Selama kurun waktu 4 (empat) tahun-satu periode memikul jabatan rangkap, sebagai guru kelas sekaligus kepala sekolah, aku mencurahkan segenap jiwa dan raga mensukseskan program pembangunan pendidikan di sekolah. Bekerja sama dengan berbagai pihak lintas sektoral dengan bersandarkan Petunjuk dan Bimbingan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Pro dan kontra atas implementasi teori-teori kepemimpinan, saya maknai sebagai hal yang wajar di alam demokrasi ini. Secara fisik dan non-fisik, terlihat adanya perubahan mendasar di sekolah ini. Aku berhasil mengantarkan sekolah ini sebagai Sekolah Standar Nasional dengan akreditasi B+.

           ‘Kembali ke Pengaturan Awal’ menggapai semangat baru.

       TMT 16 Juni 2010, aku ditugaskan/dihijrahkan sebagai guru kelas SDN 004 Sangatta Utara, sebuah sekolah unggulan di tengah kota. Aku berusaha positive thinking di tengah pergolakan psikologis mengawali lembaran baru di situasi dan kondisi yang sulit ini. Karena waktu luang cukup banyak, setelah melaksanakan tugas pokok sebagai guru, aku akhirnya berkesempatan menyelesaikan tesis S2, sambil terus berkonsultasi dengan dosen pembimbing di pascasarjana Unmul.

       Di sinilah aku medapatkan banyak pencerahan, sehingga berhasil menata hati dan perasaan ini dengan kalimat: “Aku jauh-jauh hijrah dari seberang lautan ini bertujuan sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat di bidang kependidikan. Alhamdulillaahi robbil’aalaamiin”. Di sekolah baru ini, saya berhasil menyesuaikan diri dengan cara melakukan penelitian kecil-kecilan dengan instrument Analisis SWOT. Aku pelajari karakter kepribadian dan kepemimpinan kepala sekolah dan dewan guru beserta stafnya. Dengan bekal pengetahuan sederhana ini, akhirnya aku enjoy dalam melaksanakan tugas sebagai guru professional dengan lisensi SERTIFIKAT PENDIDIK.
      
       Semangat yang sudah terbarukan ini terus saya tingkatkan agar kegiatan belajar mengajar di kelas tambah bermutu dengan cara browsing di internet dan aktif di berbagai forum kependidikan/keguruan. Kegairahan belajar via media social online ini berimbas kepada keaktifan dan kreatifitas sebagai guru yang selalu dinantikan kehadirannya oleh anak-anak muda bangsa di kelas yang diamanatkan kepada saya. Semangat baru dalam proses mentransfer IPTEK yang tercantum dalam silabus dan RPP yang telah disusun kepada peserta didik ini memang harus terus digelorakan. Karena semangat itu seperti ombak di lautan, kadang datar kadang menggelegak. Jadi, aktifitas kerohanian ini perlu dimengerti dan dipahami oleh guru sehingga tidak menemui hambatan dalam pembelajarannya.

       Selama ini, aku berusaha agar performance saat di kelas tidak membosankan peserta didik, yaitu dengan PAKEM. Apalagi di tahun pelajaran ini mengajar kelas IV yang masuk siang. Kreatifitas menjadi kebutuhan primerku saat ini, agar siswa tidak ngantuk.


A.          Berhasil menyelesaikan pendidikan jenjang S2 Kependidikan di Universitas Mulawarman Samarinda dengan nilai sangat memuaskan pada tahun 2011. Dengan gelar Magister Pendidikan ini, aku lebih memantabkan langkah pengabdian terbaik sebagai guru yang professional, dapat diteladani anak didik dan teman sejawat.

B.           Berhasil memperoleh Sertifikat Pendidik  dalam program sertifikasi guru yang diselenggarakan Disdik Kutai Timur pada tahun 2008.  Dan pada Uji Kompetensi Guru Online 2012, hasilnya baik. Juga berhasil membimbing 50 orang guru dan kepala sekolah SD dari pedalaman dan pesisir tentang computer dan internet, menjelang UKG Online tersebut (pas puasa ramadhan) secara gratis.


C.           Berhasil membimbing siswa kelas 4 dan 5 di SDN 004 Sangatta Utara tentang perkalian 1 s.d. 9 melalui metode MATRIK PERKALIAN pada tahun 2011-2013. Tekniknya sebagai berikut: perkuat dulu konsep perkalian, bahwa perkalian adalah penjumlahan berulang. Contoh: 3x3=3+3+3. Inilah formula baru mengatasi kepusingan guru/orang tua terhadap siswa/anak yang sulit menghafal perkalian, karena di samping harus benar dalam mengerjakan soal Matematika, siswa dituntut untuk cepat-tepat, karena, setiap ujian/test dibatasi waktu. Dengan dikuasainya basic ini, semua operasi hitung dapat diselesaikan dengan baik dan cepat.

      Melalui pembiasaan, anak dengan mudah dan cepat menghafal perkalian ini. Setiap awal pelajaran dan sebelum pulang, dilaksanakan hafalan perkalian ini secara klasikal. Setelah itu, kuiz, yang dapat menjawab perkalian dapat pulang lebih dulu. Motivasi seperti ini ternyata cukup efektif dalam merangsang kognitif mereka. Yang dihafal hanya 45 item bukan 100 item perkalian.
                         BELAJAR MATEMATIKA MENUJU SUKSES
MATRIK PERKALIAN

1x1=1
2x1=2  2x2=4
3x1=3  3x2=6  3x3=9
4x1=4  4x2=8  4x3=12  4x4=16
5x1=5  5x2=10  5x3=15  5x4=20  5x5=25
6x1=6  6x2=12  6x3=18  6x4=24  6x5=30  6x6=36
7x1=7  7x2=14  7x3=21  7x4=28  7x5=35  7x6=42  7x7=49
8x1=8  8x2=16  8x3=24  8x4=32  8x5=40  8x6=48  8x7=56  8x8=64
9x1=9  9x2=18  9x3=27  9x4=36  9x5=45  9x6=54  9x7=63  9x8=72  9x9=81

D.           Berhasil membuat media/alat bantu pembelajaran pendidikan karakter dengan cara mengumpulkan aneka dongeng, cerita rakyat, legenda, baik dari dalam maupun luar negeri, yang bersumber dari internet/google. Ratusan kisah motivasi dan inspiratif ini telah saya print dan jilid serta ada versi digital/CD/VCD/flashdisk.

       Ternyata anak-anak sangat menyukai album cerita ini, demikian juga teman-teman guru. Setiap kali ada teman guru dari pedalaman yang milir ke Sangatta, aku bagikan cuma-cuma alias gratis CD/VCD ini. Harapanku ke depan, tidak hanya aku yang pandai mendongeng tapi juga semua guru di Kutai Timur tercinta ini.